Jumat, 07 Januari 2011

Taubatnya Sang Bocah Ingusan 1 (ECR 65)

Seorang lelaki siapkan diri hadapi mati
Merasa hidup tak ada arti
Cah ingusan menyerah buyarkan mimpi
Sambil memejamkan mata sang bocah melepaskan pijakan kakinya, yang kemudian membuat lehernya tercekik kencang oleh jeratan tali.
Kakinya mengejang, wajahnya mulai membiru dan matanya terbuka melotot. Tampak benar ia menahan kesakitan yang luar biasa.
Pandangannya mulai gelap, ketika ia merasakan tubuhnya jatuh terhempas keatas tanah. Ia tersengal sengal , nafasnya kencang memburu.
Ketika penglihatannya mulai kembali normal, samar samar ia melihat wajah wajah aneh mengelilinginya.
” Hah, ternyata rupa malaikat seperti ini?, beda tipis dengan kambing, mengapa tak kalian cukur jenggot kalian, bukankah disurga adalah tempatnya kerapihan dan keindahan? “
Wajah wajah itu tersenyum, sambil menggelengkan kepala.
” Wahai saudaraku, kami bukan malaikat, kami hanya manusia biasa, dan kau belum masuk ke surga, kau masih hidup, dan ketahuilah, kalau kau mati dengan cara begini, kau tidak akan masuk ke surga. Karena bunuh diri adalah dosa besar, yg sangat dibenci oleh Sang pemilik surga. Pasti ente dicemplungin dulu ke neraka. “
” Ah masa bodo lah, kayak kalian dah pernah mati aja.., jangan ganggu aku, biarkan aja aku mati.., hidupku sudah tak ada arti.”
Sang bocah menyambung tali yang tadi diputuskan oleh orang orang tak dikenal tersebut, dan kembali mengalungkan simpul tali ke lehernya.
“Ya sudah kalau kau tak percaya, selamat menikmati siksaan di neraka, tubuhmu akan dibakar hidup hidup sampai otakmu mendidih, sampaikan salamku pada malaikat penjaga neraka.”
Mendengar itu sang bocah mulai ragu meneruskan rencananya untuk bunuh diri, karena jeratan tali saja ia sudah merasakan kesakitan yang luar biasa, apalagi dibakar hidup hidup.., hiii… serem….
Sang bocah tertunduk.., air mata menetes di pipinya.
Sungguh malang nasibku ini
Hidup di bumi seorang diri
Jalani hidup tak berarti
Mati pun ku tak berani
Duhai Tuhan…. tolonglah diriku ini
Melihat kondisi sang bocah, rombongan lelaki itu pun merasa iba padanya.
Hapuslah air matamu dari pipi
Hidup terlalu singkat tuk ditangisi
Persiapkan diri sebelum mati
Jalani hidup berarti bersama kami
Mendengar ajakan tersebut, sang bocah tersenyum.
” Bersama kalian??, apa yang akan kalian kerjakan?, kalau kulihat dari tampang kalian, sepertinya kalian rombongan teroris yang dikejar kejar oleh polisi, aku tak mau terlibat. mendengar petasan aja aku udah takut setengah mati, apalagi ditembaki polisi, bisa bisa aku kencing berdiri.”
“Ha..ha..ha.., kami bukan teroris, orang orang menyebut kami Jamaah Tabligh, kami adalah hamba Allah yang sedang memperbaiki diri, belajar menghidupkan sunah Rasulullah berhijrah kekampung ini, berkorban sedikit dari harta, waktu dan diri kami, semata mata mengharapkan ridho Illahi, sempurnakan iman dihati kami, tuk kami bagikan pada anak dan isteri”.
Hmm…, sang bocah mengernyitkan dahi, hatinya tergelitik untuk mencoba bergabung bersama jamaah ini.
” Aku adalah manusia hina penuh dosa, seluruh penduduk kampung membenciku”.
” Allah adalah zat yang Maha pengampun, selagi kita mau bertaubat sungguh sungguh, dosa kita pasti diampuni”.
” Kalau aku ingin bergabung, apa syarat nya ?”.
” Kau hanya perlu mandi, badanmu bau sekali, kebersihan adalah sebahagian dari iman “
” Tak pakai biaya..??”
” Hanya untuk biaya makanmu saja, itupun kalau kau punya uang, kalau kau tak punya tak mengapa, saudara saudaramu ini dengan senang hati akan berbagi padamu”.
Setelah sang bocah mandi, ia diberikan sepasang baju ghamis berwarna putih dan sebuah kopiah putih dipasangkan di kepalanya. Sang bocah tersenyum, ia merasa dirinya seperti seorang ulama besar.
” Ingat saudaraku, tujuan kita berdakwah adalah memperbaiki diri kita sendiri, bukan untuk memperbaiki orang lain, kita hanya berusaha, urusan hidayah ada di tangan Allah, sekarang mari kita menuju ke masjid di kampung ini, kita harus meminta izin dulu dengan aparat desa, kau pasti tau dimana letaknya “.
Sang bocah menggangguk, dan memberi aba aba kepada rombongan agar mengikutinya ke rumah pak Kades, yang kebetulan letaknya berdekatan dengan masjid.
Ketika memasuki gerbang desa, sepasang mata Rizal sang wartawan mengawasi rombongan jamaah dengan curiga. Setelah menjepret beberapa kali, ia kemudian berlari memasuki kampung menuju ke pos ronda.
Warga desa Rangkat memandang sinis pada sang bocah, mereka merasa heran dengan penampilan baru sang bocah ingusan.
Beberapa gadis Rangkat yang sedang asyik bergosip ria mencibir pada sang bocah.
Dewi solihat : ” Hai bocah, baru kesambet geledek ya..?”
Dwi astini : ” Makanya cah.., jangan main main di hutan, tuh kan jadinya kesambet jin..”
D-wee : ” cuiit..cuiiiit.., cah ingusan jadi kyai euy.., awas jangan jadi kyai cabul ya..!! “
Zwan : ” hey bocil.., ntar malem godain aku ya.., pasti aku gak nolak..”
Mendengar cibiran cibiran gadis Rangkat sang bocah hanya tertunduk diam, ingin rasanya ia berlari lagi keluar kampung, namun hatinya dibesarkan oleh pimpinan jamaah agar ia bersabar. Ini adalah ujian.
Ketika melewati depan rumah jeng Pemi, sekilas mata sang bocah beradu pandang dengan mata dewa yang kebetulan sedang melongo di jendela. Gadis itu terkejut, namun ia hanya terdiam. Sang bocah menghampiri ke jendela.
” Maafkan aku Dewa…, Aku memang bersalah, aku tak pantas lagi berdekatan denganmu, aku kan selalu berdoa untukmu, mudah mudahan hidupmu bahagia selamanya bersama pria yang ada di dalam hatimu.”
Dewa hanya membisu. Tiba tiba dari dalam rumah muncul jeng Pemi berlari keluar sambil memegang seikat sapu.
” Dasar bocah gila, mau apalagi kau kemari…??, rasakan hadiah dariku..!! “.
Dengan membabi buta jeng Pemi memukuli cah ingusan dengan menggunakan seikat sapu lidi.
Sang bocah hanya berdiam diri pasrah.
Dari arah utara terlihat mas Hans datang bersama pak Thamrin. Dua sejoli ini selalu cepat tanggap mengatasi perkara yang terjadi di desa.
Mereka bersiap siap dengan pentungan nya membantu Jeng Pemi, namun ketika mereka melihat rombongan jamaah yang sebahagian memegang tongkat panjang, mereka tersentak kaget.
Jeng Pemi berteriak.
” Ayo tunggu apalagi mas Hans, hajar dia..!! “.
Mas Hans geleng geleng kepala.
” Ogah ah.., pentungan mereka lebih besar, bisa bonyok muka kami, jangan jangan mereka juga membawa bom…, takut ah…, ayo… lariiii…. “.
Akhirnya hansip hansip itu pun berlari menuju kerumah pak Kades.
Mendengar kata bom, jeng Pemi pun berlari masuk kedalam rumah nya langsung bertiarap di bawah kolong tempat tidur sambil berteriak.
” Tiarap Dewaaa………., ada booom…..!!!! “.
Dewa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Jeng Pemi yang Ketakutan.
Warga pun menepi membiarkan rombongan cah ingusan melanjutkan perjalanan.
Dua orang Bu guru pun menyapa sang bocah,
Miss rochma : ” Nah.. begitu dong cah ingusan..,segera bertobat dan jangan berbuat onar lagi ya..!!, ntar ibu sunat lho..!! “.
Pricess E Diary : ” Jangan nakal ya cah…, kalau nakal nanti ibu jewer belalainya.., eh…telinganya..!! “.
Sang bocah pun hanya tersenyum sambil mengangguk anggukan kepala.
Disela perjalanan cah igusan bertanya,
” Mengapa kita harus berpenampilan aneh seperti ini..?? “
Sang pemimpin jamaah pun menunjuk kepada seorang warga yang kebetulan sedang duduk diseberang jalan. Rambutnya kribo, bercambang lebat, memakai pakaian bermanik manik gemerlap sambil bernyanyi dan memainkan gitar.
” Kau lihat orang itu..??, mengapa ia berpenampilan seperti itu..?? “.
” Karena ia begitu mencintai Rhoma Irama..!! “
” Nah begitulah manusia, cenderung meniru sesuatu yang menjadi idolanya. Nah.., sebaik baik idola Kaum Muslimin adalah Rasulullah SAW, makanya kita juga belajar mengikuti suri tauladan Rasulullah SAW dalam segala aspek 1 x 24 jam.
” Oooo…!! “
Cah ingusan hanya manggut manggut, kelihatan masih bingung tapi sok paham.
Ketika melewati pos hansip,tanpa sengaja sepasang mata sang bocah beradu pandang dengan seorang wanita berjilbab yang sedang duduk melamun seorang diri. Wajahnya begitu teduh dan keibuan. Sangat jauh berbeda dengan kebanyakan gadis Rangkat yang centil centil. Dia adalah Ningwang D Agustin, janda kembang yang baru pindah ke desa Rangkat.
Sang bocah memandang lekat dengan terpana. Dalam hatinya ia membathin ,
” Mudah mudahan aku mendapat jodoh seorang wanita shaleha seperti dirinya..”
Tiba tiba sebatang tongkat hinggap dikepalanya. ” TOKK..!! ” pimpinan jamaah memukulkan tongkatnya ke kepala sang bocah sambil membentak,
” Katanya mau bertobat.., kamu harus menjaga pandangan, tak boleh memandang wanita yang bukan muhrim.., dosaaa…!!!!!! “
Cah ingusan pun insaf, ia terus berjalan dengan menundukkan pandangan. Dalam hatinya ia berniat akan mendatangi sang janda setelah nanti program taubat nya selesai.
Ketika sampai didepan rumah pak Kades, ternyata disitu sudah ramai warga berkumpul. Rupanya berita kedatangan bocah ingusan bersama jamaah tabligh yang dikira teroris sudah tersebar keseluruh warga desa.
Dengan cermat pimpinan jamaah pun membuka suara.
” Assalamualaikum pak kades, kami satu rombongan dari desa sebelah, berniat silaturahim kepada saudara saudara kami di desa ini, dan kami minta izin untuk beritikaf di masjid ini selama 3 hari. kami hanya menjalankan program dakwah dan tabligh, dan tidak ada bermaksud lain”.
Pak kades tersenyum sambil manggut manggut,
” Oooo…., ternyata jamaah tabligh tho..??, saya kira teroris beneran, mas hans..!!, lain kali kalau bikin laporan yang bener, jangan asal main tuduh saja. Mereka bukan teroris, gerakan jamaah ini hanya berdakwah dan sudah memasyarakat di seluruh dunia. Mari pak.., silahkan..!!, saya sebagai kepala desa menyambut baik kedatangan anda anda sekalian, dan mudah mudahan bisa memberi manfaat bagi warga disini. terutama itu tuh.., bocah ingusan.., mudah mudahan ia bisa kembali ke jalan yang lurus, gak jadi tukang colek lagi..!! “.
Rombongan jamaah pun memasuki masjid dan disambut oleh mas Hikmat nugraha sebagai pengurus Masjid.
Selama 3 hari cah ingusan belajar ilmu agama dibimbing oleh jamaah tabligh. Mulai dari menghidupkan sunnah Nabi selama 24 jam, belajar kitab hadits, tajwid membaca Al quran, sambil belajar berdakwah.
Tibalah giliran sang bocah untuk menjadi pembicara dalam program dakwah pintu ke pintu. Tubuh nya gemetar karena harus mengetuk rumah besar milik Juragan Rawa yang terkenal sangar.
” Tok..Tok..Tok.. , Assalamualaikum….”
” Wa alaikum salaaam…!! “
Ketika juragan Rawa muncul didepan, sebagai adab yang muda kepada yang tua sang bocah pun cepat menyalami dan mencium tangan juragan Rawa, kemudian berkata,
” Alhamdulillah Gan.., Allah pertemukan kita sore ini. Ini adalah takdir dari Allah, karena tak sehelaipun daun di tengah hutan jatuh kebumi melainkan atas kehendak Allah. Sesungguhnya kita bersaudara, di ikat oleh kalimat Laa ilaa ha illallaah. Karena kita bersaudara maka ada hak dan kewajiban diantara kita, yaitu apabila jauh maka kita saling mendoakan.., apabila dekat maka kita saling bersilaturahim, kunjung mengunjungi, ajak mengajak perkara kebaikan dan ingat mengingatkan perkara akhirat. Kita hidup di dunia sebentar saja, suatu saat kita pasti mati. Di akhirat nanti kita perlu bekal yaitu iman dan amal shaleh. Saya sebagai yang muda banyak khilaf salah dan dosa, maka dalam kesempatan ini saya memohon maaf kepada Agan, agar tak ada tuntutan diakhirat nanti. Mari Gan, sekarang di masjid ada ceramah agama, kita sama sama belajar dan mendengarkan..”
Juragan Rawa yang masih terkejut hanya diam mendengarkan sambil mengangguk anggukan kepala pertanda kearifan yang ada pada dirinya. Tiba tiba ia tersenyum manis dan kemudian berjalan bergandeng tangan bersama sang bocah ingusan menuju ke Masjid.
Disaksikan oleh Pak Yayok, Mommy, Refo, Lala dan mas Hikmat nugraha.
Selesai sudah program 3 hari dari jamaah tabligh di desa Rangkat, tiba waktunya perpisahan yang memilukan. Setelah mendapatkan wejangan yang cukup panjang, akhirnya cah ingusan memeluk mereka satu persatu dengan berderai air mata.
“ Alhamdulillah.., mudahan Allah neridhoi kalian saudara saudaraku, terimakasih telah menunjukkan jalan yang lurus padaku. Kalian telah menyelamatkan hidupku di dunia dan akhirat”.
Dilepas oleh Pak Yayok, rombongan jamaah pun berlalu meneruskan perjalanan dakwah nya ke kampung berikutnya.
Sekarang cah ingusan telah memasuki babak baru kehidupannya, kemana mana ia selalu berpenampilan islami, dengan kopiah tak pernah lepas dari kepalanya, dagunya pun telah ditumbuhi beberapa helai janggut.
Disuatu pagi yang cerah, cah ingusan berjalan jalan keliling kampung, ada sesuatu dihatinya yang selalu terbayang setiap malam, sesosok wajah syahdu sebagai pelipur rindu.
Ditempat yang sama, di bangku pos ronda, sesosok makhluk indah sedang duduk termenung seorang diri. Kebetulan pagi itu sepi, para hansip baru aja pulang setelah ronda semalam suntuk.
Sang bocah duduk di bawah pohon rambutan tak jauh dari tempat Ningwang duduk. Teringat pesan dari sang ustadz, cah ingusan tak berani memandang wajah Ningwang, sang bocah memandang ke langit duduk membelakangi Ningwang.
Terdengar sayup sayup Ningwang melantunkan beberapa bait syair,
Sengaja aku merangkul sepi
Demi menjajaki makna diri…
Sudahkah aku berarti?
Sudahkah cinta ini memberi?
Sengaja aku merangkul senyap
Demi memaknai segala yang telah kuucap…
Adakah aku memberi harap?
Ketika asa erat mendekap
Dan kini…,
Aku dirangkul sepi,


Sang bocah meresapi lantunan kata kata yang mengalir dari bibir Ningwang, tanpa sadar cah ingusan membalas tembang Ningwang.
Dalam sunyi mencari nilai diri
Terjerat lalai terpenjara dalam mimpi
Sadari diri hampa cinta sejati
Hati binasa terbunuh sepi
Asa melayang hadirkan bayang bayang
Muncul sejenak semoga tak menghilang
Harapkan diri dapatkan kasih sayang
Bidadari surga yang bernama Ningwang
Menunggu mati di bumi yang sepi
Terasa hampa seorang diri
Izinkan aku wujudkan niat suci
Menyunting dirimu sebagai permaisuri
Ningwang terkejut mendengar suara dari arah belakang nya, ia menoleh dan melemparkan senyum penuh arti. Tak dapat menahan diri cah ingusan mengarahkan pandangannya pada Ningwang. Terasa angin surga berhembus, dunia terasa damai, alam semesta bernyanyi riang. Cah ingusan gemetar, jantung nya berdegup keras serasa mau copot.
Tiba tiba cah ingusan berdiri dan berlari kencang sambil berteriak,
“ Aku akan datang melamar muu…, Tunggu aku……!!!! ”.
——————————B E R S A M B U N G————————————————

Tags: desarangkat

Tidak ada komentar: