Jumat, 07 Januari 2011

Cinta dalam Semangkuk Jengkol ECR #68

12943952391137323083
Terkejut….iya pada saat dia memilihku
Terkejut….iya karena ku tak menyangka
Terkejut….iya kenapa ini harus terjadi
Menyesal…iya hal yg sdh lama harusnya kuhentikan mengapa hrs diulang
Menyesal…iya mengapa aku terlalu naif
Menyesal…iya karena tak dapat kurasakan arti kejujurannya..
Galau…iya apa yg akan terjadi di dalam sana
Galau…iya kumerasa sendiri, lagi… lagi… lagi…
Galau…iya bayangmu selalu menjadi siluet enggan pergi dari jingga hariku..
Sedih…iya saat aku sadar.. aku hanya boneka lucumu..
Sedih…iya tak ada kekasih hati yang membelaiku di sini,   tak ada yg menyapaku pada saat terbangun
Sedih…iya kemana harus disampaikan perasaan cinta ini
Bahagia…iya ini pelajaran yg paling berharga
Bahagia…iya ku merasa TUHAN masih menyayangiku dengan teguran ini
Bahagia…iya karena di dalam sini semua belum terlalu terlambat!!
hmm… aku hanya mencoba memaknai tumpukan rasaku yang mengendap. pedih ini belum juga sirna, aku hanya korban manipulasi rasa, ya.. ya…. benar… hanya sesaat tapi pesonanya mengikat rasaku, memasung nalarku, lelaki hujan… dia yang membuatku menghilang… sekarang dia juga yg membuatku kembali pada duniaku…  aku ingin pulang ke desa Rangkat, rindu kampung halaman, rindu Papi, mommy, dede Uleng, Tante Jutek, Paman Petani, Reina, Bang ande, ah… rumah kecilku yg nyaman, keluargaku yg hangat.
Aku melangkahkan kakiku ringan memasuki gapura desa… hmmm… rindu harumnya jengkol saus padang masakan mommy… entah dengan bumbu rahasia apa.. yg pasti selalu menggugah rasa laparku. Refo Torai.. apakah dia masih sewangi dulu?? Ahaha… dulu aku selalu nyaman dalam pelukannya… wangi parfumnya membuatku melayang… bagaimana ya kabar dia sekarang?? Gadis mana lagi yg berhasil menyentuh hatinya… Lala… hmm… pemuda puitis yg sarat dengan filosofi hidup, apa dia masih rajin mengumbar puisi cinta pada gadis-gadis Rangkat,… Bang Ibay si pemuda lebay… dulu aku sering tertawa bersama uleng setiap kali mengingat bang Ibay… semua dirayunya.. termasuk mommy… siapa yg tidak geli. Tiap malam menjelang tidur.. aku dan uleng tak pernah melewatkan acara tertawa bersama mengingat tingkah bang Ibay. Wow… rindu dengan Pemi dan Arra.. kami trio genit yg rajin menggoda semua pria-pria rangkat. Semakin mereka mabuk… semakin puas batin kami. Ahahahaha… muaaaah kami cukup berbisa.. hahahha… aku terus hanyut dengan semua kenanganku… sambil terus melangkah…tanpa terasa sampai juga didepan rumah. ku percepat langkahku…
“Dedeeeeeeeeeeeek ” teriakku saat kulihat Uleng duduk bengong di teras rumah…
“mommy…. Papiiii…. kakak Jingga pulaaang….. ” teriakan balasan uleng tidak kalah keras… aku peluk adik semata wayangku… dengan penuh rindu… mommy, Papi, tante jutek, reina semua keluar ke teras rumah… acara saling peluk tidak kami lewatkan. terimakasih Tuhan… aku sudah berada ditengah-tengah mutiara hatiku. teriak batinku penuh syukur.
“Jingga sayang, masuk… kamu pasti sudah lapar.. jengkol saus padang pesananmu sudah Mom siapkan, makanlah selagi hangat… ” suara lembut mom… yg lama aku rindukan…  yuuuummmyyy….. lapaaaar mom… ayo semua makan, acara penuh kerinduan berakhir dimeja makan.  sampai agak larut, kami masuk ke kamar kami masing-masing.
***************************
dee, gimana kabarnya Refo? bagaimana hubungan kalian.. masih berlanjutkah?
“ah, kakak Jingga… dede sudah tidak dengan Refo kak… “
“lalu?? “
“Dede, sudah milik Kak arif…”
“Kak Arif siapa? “
“Paman petani kak…”
hampir copot jantungku mendengar pengakuan jujur adikku.. aku segera duduk tegak diranjangku… aku guncang pundak adik semata wayangku… “dedeee yg benar?! kapan?? bagaimana ceritanya?? “
“mengalir begitu saja kak… dede tidak mampu menolak rasa yg tumbuh dalam hati dede, begitu juga dengan kak Arif, dede bahagia kak… doakan dede ya..  kakak sendiri bagaimana dengan pemuda kota itu?”
aku menarik nafas berat.. “sudah berakhir de.. ternyata kakak hanya korban imaginasinya, dia terlalu larut dalam istana mimpi yg dia bangun sendiri, semua hanya imaginasi yang tidak akan pernah nyata, pedih sich.. tapi kakak bersyukur Tuhan masih begitu baik, Dia Ingatkan kakak sebelum semua terlalu terlambat, kakak bisa kembali ke desa kita, ke rumah kita, malam ini kakak bisa melihat bintang dari jendela kamar ini bersama kamu.. kalau nggak mana bisa kakak malam ini temani kamu tidur”
“kakak jingga… dede kangen.. dedek sayang kakak…”
“sama sayang, kamu juga selalu dihati kakak”
mataku tak lepas dari jendela kamar, sinar bintang serasa lebih terang dari hari kemarin, sapa sang bulan serasa lebih hangat dari kemarin, sungguh malam yg penuh keajaiban…
***************************
Entah sudah berapa lama aku duduk di teras, berkelana dengan angan-anganku, mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain. Aku tidak menghitung detik-detik yang berlalu. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. bunga-bunga mawar kesayangan tante jutek semua mekar, reina sibuk dengan jemurannya, tante jutek sibuk dengan mawar-mawarnya. begitu riuh apa yg didepan mataku. tapi aku rasa pikiranku lebih meriah dari semua ini. semua buyar saat tiba-tiba juragan Rawa datang dengan gaya perlentenya.
“jingga…. Jingga… jingga…. kamu makin cantik saja” sapa Om rawa serenyah dulu.
“eh, Om rawa… mau ketemu papi ya… sebentar Jingga panggil Papi”
“hmm.. jingga sebentar… bisakah malam ini temani om makan malam di cafe Dorma? ada menu jengkol baru disana… jengkol sambal durian… enak tuh.. jingga mau? “
“hmm… boleh Om.. jingga juga lagi kangen jalan daripada jingga hanya bengong di rumah saja”
“sip! nanti om jemput kamu jam 7 ya.. “
“sip! om… jingga tunggu, bentar ya… jingga panggil Papi… nanti malam baru urusan dengan jingga”
“siip… ” jawab Om Rawa mantap.
***************************
gelap mulai turun, aku sudah siap dengan celana jeans hitam, t-shirt putih dan selendang polkadot hitam putihku.  malam ini langit ramai dipenuhi bintang. bulan juga enggan ketinggalan memamerkan wajahnya yg bulat sempurna. hanya sebentar aku menunggu om rawa, dia sudah datang menjemputku ke cafe Dorma. hmm.. cafe ini tetap dibuat seromantis mungkin. cahayanya dibuat temaram, ada nyala lilin disetiap mejanya. meja dengan politur coffe brown menambah hangat cahaya lilin diatasnya. om Rawa membimbingku duduk di paling sudut, aku hanya mengikuti langkahnya.  sampai kami duduk manis ditempat yg dia pilih.
“jingga mau minum apa?”
“wedang jahe aja om.. plus menu spesial jengkol sambal durian hehehe…. “
” sip! saya pilih menu yg sama ya… “
menu makanan kami sudah terhidang di meja, wow… dorma memang jago masak, setiap suapan begitu nikmat..  pelan-pelan aku nikmati menu ku, yg jarang aku jumpai bahkan nyaris tak ada selain di desa Rangkat…
“jingga, siapa pacarmu sekarang? “
“ga ada om… jingga baru patah hati.. baru jadi korban manipulasi rasa yg tidak jelas”
“hmmm… benar nich?? “
“benar om,  tapi jingga banyak belajar dari semua yg jingga alami kok… pelajaran yg sangat berharga buat jingga, supaya jingga lebih berhati-hati lagi…  om sendiri dengan siapa sekarang? rasanya banyak yg ingin jadi tambatan hati Om Rawa, sudah ada yg om pilih belum?”
“hmmm… belum Jing… masih ada yg saya tunggu.. “
“siapa om? ” tanyaku santai..
“Jingga siap jika om jujur?”
“santai aja Om… cerita aja… mungkin saja jingga bisa membantu om… siapa tahu… jangan-jangan Pemi ya?? bersaing dengan Hans dong…. hehehehe….”
“bukan jing… bukan… “
“Lalu??”
“kamu Jing… “
“hah????? om bercanda…” aku terperanjat untung saja jengkol terakhirku bisa meluncur dengan lancar ke kerongkonganku…
“tidak Jingga… Rasa ini sudah lama saya simpan, hanya saja bayang-bayang Refo tidak pernah lepas dari hatimu, saya hanya bisa menunggu tapi saya kecewa saat kau putuskan pindah ke kota, saya juga dengar jingga terbawa cinta pemuda kota, Reina adikmu banyak bercerita tentang kamu kepada saya. sekarang kamu kembali ke desa ini, kamu sendirian, saya pikir sebelum semua warga tahu kau sudah kembali, sebelum kau bertemu dengan Refo lagi, saya ungkapkan apa yg saya pendam selama ini, rasa tentang kamu jing… semua tentang kamu..”
“Om… jingga masih terlalu terkejut… beri jingga waktu untuk berpikir… beri jingga waktu untuk mencerna semuanya.. terima kasih jika om Rawa sudah menyimpan rasa untuk Jingga selama ini. hanya beri waktu untuk jingga berpikir dulu”
“memang tidak harus kau jawab sekarang Jingga…  asal kau tahu saja dulu, ini cukup buatku.”
“hmmm… cinta dalam semangkuk jengkol nich ceritanya”  godaku… berusaha mencairkan kekakuan yg ada..
kami tertawa bersama… malam sudah makin larut, sampai om Rawa menghantarku pulang.
malam ini aku merasa begitu molek bak kunang-kunang yg bercahaya, tidak ada perempuan yg tidak melayang saat dipuja, dan aku hanya perempuan biasa yg pasti tersanjung saat ada kumbang datang menawarkan cinta. aku bingung dengan semuanya.. dia cukup baik, tapi… haruskah secepat ini? apa yang harus kujawab padanya besok?? hatiku jadi resah…
catatan Jingga:
  • saudara-saudara jingga terkasih di seluruh Rangkat… jingga pulaaang….  yuuk… kita sama-sama hidupkan aroma jengkol di Rangkat… yuuuk… kita ramaikan komen ber ekor seperti dulu… yuuk.. kita penuhi Rangkat dengan salam muuuuaaaah lagi…. jingga rindu Rangkat yg hangat, Jingga rindu kasih mula-mula yg pertama kali tumbuh dalam setiap hati kita. bukankah kasih mula-mula itu yg mempertemukan kita semua?? pulang…. ayoo semua kembali pada kesejatian Rangkat yg dengan penuh perjuangan dibentuk oleh Mommy dan Pak Kades. jingga rindu senyum dan tawa rangkat seperti dulu… rinduu sekalii…
  • buat penduduk Rangkat yg belum mengenal jingga… karena jingga memang agak lama menghilang, saya Jingga putri pertama Mommy dan Pak Kades. slam kenal semua…  :)
  • hmmm…. *malu* bantu jingga berpikir… harus bagaimana jingga ke Om Rawa… :)
  • salam muuuuuuuaaaaahhhh buat semuanya… :)

Tidak ada komentar: