Jumat, 21 Januari 2011

Audisi

12923750731811391164


>> Ma'Mar<<


Giliran Putri tampil. Diiringi musik klasik nada mencekam, Putri mulai menari balet.  Dua menit pertama gemulai tubuhnya menyihir juri, pemirsa di studio dan di rumah. Gerakannya indah seperti kotak musik yang di atasnya memutar boneka  perempuan dengan tangan di atas. Kemudian aksinya menjadi orang yang sedang memukul dan membanting anak kecil. Mukanya merah dengan napas tersengal. Masih dengan lenggak-lenggok penari balet, seolah dia mengambil anak kecil itu lalu mencekiknya, dan dibenturkan ke dinding.

Sekarang dia menari bagai anak kecil yang disiksa. Ekspresi mukanya jelas bagai orang ketakutan seperti melihat setan. Halus lembut tariannya, sambil berlari minta tolong. Dia jatuhkan sendiri tubuhnya. Rambutnya seperti dijenggut dan dibenturkan ke lantai. Beberapa penonton alisnya melorot membentuk hurup S tanda binggung. Ada juga yang tertawa mungkin dikira pantomin. Tapi tepuk tangan mengakhiri aksinya.

“Okeh.. Itulah Putri dengan tarian baletnya. Indah sih tapi saya tidak begitu mengerti dengan gerakannya. Biarlah juri yang akan komentar. Ayo silahkan para juri..” Ucap host pencari bakat
“Saya suka gerakannya, indah. Kostumnya juga saya suka, hitam seperti makna dari gerakannya. Tapi kalau boleh kasih masukan, buat yang akan datang, pilih tema yang lain, yang lebih ceria. Tapi saya yakin kamu akan maju ke babak berikutnya.” Juri pertama beri komentar.
“Gimana ya, aroma kekerasan begitu kental. Tidak pantas dipamerkan saya pikir. Tapi secara gerakan balet, indah. Sangat indah. Sempurna. Kamu sangat menghayati dan piawai melakukannya. Biarlah sms nanti yang menentukan. Mudah-mudahan kamu lolos.” Ini dari juri ke dua.

Penonton dan host binggung. Tapi Putri tersenyum. Juri ketiga nangis. Basah pipinya.  Isaknya terdengar jelas karena mic tepat di mulutnya. Tapi dia berusaha tegar karena acara itu live.

Butuh lima menit baru dia komentar.
“Maafkan aku Putri. Kamu kemana saja selama ini. Ibu selalu mencarimu. Gara-gara ayahmu yang tidak pulang-pulang jadi kamu yang aku siksa. Maafkan aku sayang…”
**
15 Desember 2010


Intip cerita di sini

Tidak ada komentar: